Surakarta, 6-13 Januari 2025 – SMK Batik 1 Surakarta sukses mengadakan sosialisasi bahaya narkoba dengan menghadirkan tiga pembicara berpengalaman: AKP Winarti dari Polres Surakarta, Sri Nurliyani dari BNN Surakarta, dan Bapak Suramto, S.H. dari Rumah Tahanan Surakarta. Kegiatan yang berlangsung di halaman sekolah ini diikuti oleh seluruh siswa dan guru SMK Batik 1 Surakarta, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang ancaman narkoba serta upaya pencegahannya.
Pada hari pertama, Senin, 6 Januari 2025, AKP Winarti menyampaikan materi tentang bentuk-bentuk narkoba seperti ganja, heroin, dan sabu. Ia menjelaskan efek buruk dari penyalahgunaan narkoba, mulai dari kecanduan hingga halusinasi. AKP Winarti juga menekankan pentingnya narkoba dalam dunia kesehatan, terutama sebagai obat untuk penyakit saraf dan uji coba pendidikan, namun menegaskan bahwa narkoba menjadi berbahaya jika disalahgunakan.
Lebih lanjut, AKP Winarti mengungkapkan bahwa pintu masuk penyalahgunaan narkoba sering kali dimulai dari kebiasaan merokok. Ia menjelaskan ciri-ciri fisik pengguna narkoba, di antaranya mata merah dan cekung, bicara pelo, jalan sempoyongan, perubahan berat badan ekstrem, rambut tidak terawat, serta kesulitan berkonsentrasi. Ia juga menekankan pentingnya sosialisasi, program pembinaan, serta penguatan iman dan taqwa sebagai langkah pencegahan.
Di akhir sesinya, AKP Winarti mengajak peserta untuk membantu teman yang terindikasi menggunakan narkoba agar menjalani rehabilitasi di RS Dr. Moewardi Surakarta, RSJ Kentingan, atau Puskesmas Manahan. Beliau juga menegaskan sanksi hukum bagi pengguna narkoba berupa rehabilitasi atau hukuman penjara 4 tahun, sedangkan pengedar dapat dihukum hingga hukuman mati.
Pada hari kedua yang berlangsung Rabu, 8 Januari 2025, Sri Nurliyani dari BNN Surakarta membawakan tema "Generasi Milenial Hebat Tanpa Narkoba." Ia menyampaikan data penyalahgunaan narkoba di Jawa Tengah, yang mencapai prevalensi 1,73% dari total populasi. Provinsi ini menduduki peringkat ketujuh di Indonesia, dengan Surakarta berada di posisi ketiga untuk kasus penyalahgunaan narkoba di Jawa Tengah.
Sri Nurliyani juga menjelaskan jalur peredaran narkoba melalui darat, laut, dan udara dari berbagai negara seperti China dan Belanda. Menurutnya, Indonesia berada dalam status darurat narkoba karena jumlah penduduk yang besar serta faktor demografi. Modus operandi peredaran narkoba sering kali dilakukan dengan kendaraan kecil seperti microbus atau disembunyikan dalam benda sehari-hari, misalnya pisang.
Ia menekankan bahwa ketergantungan pada narkoba berdampak buruk bagi kesehatan, terutama merusak otak dan memengaruhi perilaku. Ia juga mengingatkan bahwa alasan utama seseorang menggunakan narkoba adalah faktor lingkungan, rasa penasaran, dan tekanan teman. Sebagai pencegahan, Sri Nurliyani menyarankan generasi muda untuk memiliki sifat asertif, meregulasi diri, dan menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan teman.
Hari terakhir, Senin, 13 Januari 2025, diisi oleh Bapak Suramto, S.H. dari Rumah Tahanan Surakarta dengan tema "Kejamnya Penjara." Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa sistem penjara kini telah berubah menjadi sistem pemasyarakatan sejak tahun 1994. Sistem ini memberikan narapidana akses kepada pendidikan, pelatihan keterampilan, dan layanan kesehatan.
Namun, ia menekankan bahwa hukuman terberat di penjara adalah kehilangan kebebasan. Para narapidana tetap memiliki hak untuk bertemu keluarga, namun waktu dan ruang yang tersedia sangat terbatas. Dalam suasana yang terbatas tersebut, mereka didorong untuk memanfaatkan waktu dengan mengikuti kajian, membaca, atau mengasah keterampilan seperti bermain musik.
Melalui kegiatan ini, SMK Batik 1 Surakarta berharap dapat membentuk generasi muda yang cerdas, sadar hukum, dan mampu menjauhi narkoba. Pesan penting dari ketiga pembicara adalah perlunya kolaborasi antara pendidikan, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.